Papua, Irian, Irian Barat, Irian Jaya, Papua Barat hanyalah nama. Dalam sejarah, pada zaman kolonial, penjajah Belanda menyebutnya Netherland New Guinea, West Papua, untuk membedakan dengan Papua di sebelah timurnya yang berada dibawah koloni Inggris. Yang dulu dibawah koloni Inggris itu, sekarang kita kenal dengan Papua Nugini. Setelah Indonesia merdeka, pulau terbesar nomor dua di dunia setelah Green Land itu masih berada di bawah kekuasaan Belanda.
Kita pernah menyebut pulau itu dengan Irian. Konon, nama itu akronim dari “Ikut Republik Indonesia Anti Netherland”. Tentu ini perlu di uji kebenarannya karena nama Irian berasal dari nama pohon di sekitar danau Sentani.
Setelah 17 tahun merdeka tahun 1962, barulah Irian kembali ke pangkuan ibu pertiwi, setelah Bung Karno 19 Desember 1961 di Yogyakarta memberikan komando yang dikenal dengan nama TRIKORA. Setelah Persatuan Pendapat Rakyat (Pepera), jadilah provinsi Irian Barat, kemudian di masa Orde Baru menjadi Irian Jaya.
Di jaman reformasi, saat Gus Dur menjadi presiden, beliau menyetujui penggunaan nama Papua sebagai ganti Irian Jaya dan itu dikukuhkan melalui UU no. 21/2003 tentang Otonomi Khusus Papua. Begitulah, dari Papua ke Irian, terus sekarang ke Papua lagi.
Sesuai UU No. 21 tentang Otonomi Khusus Papua, wilayah ini di bagi menjadi dua provinsi. Bagian timur disebut provinsi Papua, sedangkan bagian baratnya menjadi provinsi Irian Jaya Barat, kemudian setahun kemudian diubah menjadi Papua Barat.
Potensi Alam Papua
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara. Sekitar 47% wilayah pulau Papua merupakan bagian dari Indonesia, yang dulu kita kenal sebagai Irian Barat. Potensi Papua adalah tambang tembaga dan emas yang merupakan primadona sumber daya alam tambang provinsi Papua saat ini.
Namun, masih banyak potensi lainnya yang belum digarap secara serius, seperti minyak dan gas bumi, emas, tembaga,batu bara, nikel, pasir besi, dan lain-lain. Selain potensi pertambangan, Papua menyimpan kekayaan hutan berupa kayu, terutama kayu besi dengan kualitas terbaik.
Sekitar enam juta hektar hutan di Papua kaya dengan kayu Merbau, jenis kayu kelas satu, sementara potensi hutan sagu di Papua mencapai 2,2 juta Ha dan pengembangan rawa mencapai 2,4 juta Ha. Tambahan info Struktur Kayu dan Cincin Pertumbuhan Kayu
Mengingat dan mempertimbangkan besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Provinsi Papua, maka diperlukan infrastruktur pendukung yang memadai untuk mendukung ekplorasi dan ekploitasi sumber daya alam di kawasan tersebut.
Infrastruktur pendukung yang sangat dibutuhkan, antara lain jalan raya, pelabuhan laut, pelabuhan udara, perumahan, layanan air minum, dan sebagainya. Pembangunan infrastruktur di provinsi Papua, antara lain bertujuan untuk menunjang pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan menekan tingkat kemahalan harga barang kebutuhan pokok dan yang lainnya.
Potensi daerah rawa terutama berada di dataran rendah merauke. Di kabupaten ini, terutama di daerah pengembangan rawa Kurik, ribuan transmigran telah lama mengolah lahan ini menjadi daerah pertanian yang subur, dan bisa disebut sebagai lumbung padinya Papua. Pengembangannya terus dilakukan tahap demi tahap sesuai dengan ketersediaan dana yang ada
Wilayah yang luas dengan jumlah penduduk yang sedikit serta penyebaran yang tak merata itu memang cukup berat. Kita tak perlu heran apabila setelah puluhan kilometer, jalan yang kita lalui belum juga ketemu kampung. Soalnya, sebagian besar penduduk bertempat tinggal di balik bukit agak jauh dari jalan yang kita lalui.
Dari Papua Ke Irian Kembali Ke Papua